Translate

Senin, 09 Juli 2012

Makna Panjang Umur


Setiap orang di dunia ini pasti ingin memiliki umur yang panjang. Dengan umur yang panjang seseorang akan mempunyai dua kesempatan yang lebih lama daripada orang lain. Dua kesempatan tersebut ialah menjadikan dirinya manusia yang lebih baik atau menjadi manusia yang lebih buruk dalam hidupnya. Tetapi di lain sisi kta semua harus menyadari bahwa kita hidup di dunia ini hanya bersifat sementara karena kita semua pasti akan bertemu dengan kematian. Lantas bagaimanakah kita seharusnya memaknai umur panjang yang sebenarnya? Lalu apakah umur panjang hanya diartikan pada saat kita hidup lama di dunia ini? Untuk menjawab pertanyaan itu semua saya akan banyak mengambil dari buku Dr. Komaruddin Hidayat yang berjudul Tuhan Begitu dekat.
Orang yang berumur panjang sejatinya ialah orang yang berhasil meraih kemakmuran hidup. Kemakmuran tersebut termasuk dalam hal harta, ilmu, maupun amal. Jadi, meskipun orang dikatakan memiliki umur yang panjang tetapi hidupnya tidak produktif sama halnya dengan umur pendek atau bahkan mengalami kebangkrutan dalam umurnya karena kesempatan fasilitas umur panjang yang diberikan kepadanya tidak digunakan sebaik-baiknya dan bahkan tidak digunakan secara efisien dan produktif. Hal ini juga searah dengan konsep dan ajaran “amal jariyah” dalam islam. Siapapun orang yang dinyatakan telah meninggal dunia, namun orang itu masih berumur artinya masih berproduksi amalnya jika orang tersebut mewariskan keturunan yang shaleh, mewariskan ilmu yang bermanfaat, dan mewariskan harta benda dan amal yang memberi nilai guna bagi kebajikan agama dan masyarakat. Contoh yang paling mudah adalah jasa-jasa pahlawan, ilmuwan, atau orang-orang yang berjasa pada kehidupan saat ini, sehingga mereka selalu dikenang dan selalu memberi ketauladanan hidup yang dapat mempengaruhi sejarah bagi generasi sesudahnya.
Konsep panjang umur yang berkaitan dengan produktifitas membuat kita tidak saja dituntut dengan kerja keras saja melainkan juga bekerja secara efektif dan cerdas. Untuk meraih itu semua harus membutuhkan badan yang sehat, ilmu pengetahuan, pengembangan moral dan spiritual dan keterampilan. Dengan kata lain, intelektualitas, profesionalitas, moralitas, dan spiritualitas adalah pilar penyanggadan penyambung mata rantai umur manusia agar seseorang bisa dianggap hidup abadi, baik di mata sejarah manusia maupun dihadapan Tuhan. Jadi, nilai-nilai yang paling berharga dari umur seseorang adalah prestasi dan jasa-jasanya yang berdampak positif bagi kehidupan manusia maupun dalam pertanggungjawaban kepada Tuhan.
Untuk mengakhiri artikel ini, ada sebuah pepatah yakni harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan “good Story”. Jadi, kita harus meninggalkan cerita yang bagus sebelum ajal menjempu kita. Hal ini semata-mata agar kita bisa memberikan hiburan dan inspirasi yang indah bagi generasi berikutnya.

1 komentar:

  1. Ada teman saya berpendapat bahwa umur itu bisa diperpanjang. Contoh: orang Monaco angka harapan hidupnya rata-rata 86 tahun sedangkan Indonesia hanya 74 tahun, berarti umur itu itu bisa diperpanjang dengan pola makan dan pola hidup yang teratur. Begitu pula hadits nabi tentang rahasia umur panjang dengan silaturrahim. Tetapi dimana posisinya firman Allah yang mengatakan bahwa Jika ajal tiba, tak dapat dimajukan atau dimundurkan walau hanya sedetik saja? Bukankah ajal dan umur itu satu paket dimana ajal merupakan akhir dari umur manusia?
    Terima kasih.

    gun.dahlan@gmail.com

    BalasHapus