Setiap orang di
dunia ini pasti ingin memiliki umur yang panjang. Dengan umur yang panjang
seseorang akan mempunyai dua kesempatan yang lebih lama daripada orang lain.
Dua kesempatan tersebut ialah menjadikan dirinya manusia yang lebih baik atau
menjadi manusia yang lebih buruk dalam hidupnya. Tetapi di lain sisi kta semua
harus menyadari bahwa kita hidup di dunia ini hanya bersifat sementara karena
kita semua pasti akan bertemu dengan kematian. Lantas bagaimanakah kita
seharusnya memaknai umur panjang yang sebenarnya? Lalu apakah umur panjang
hanya diartikan pada saat kita hidup lama di dunia ini? Untuk menjawab
pertanyaan itu semua saya akan banyak mengambil dari buku Dr. Komaruddin
Hidayat yang berjudul Tuhan Begitu dekat.
Orang yang
berumur panjang sejatinya ialah orang yang berhasil meraih kemakmuran hidup.
Kemakmuran tersebut termasuk dalam hal harta, ilmu, maupun amal. Jadi, meskipun
orang dikatakan memiliki umur yang panjang tetapi hidupnya tidak produktif sama
halnya dengan umur pendek atau bahkan mengalami kebangkrutan dalam umurnya
karena kesempatan fasilitas umur panjang yang diberikan kepadanya tidak
digunakan sebaik-baiknya dan bahkan tidak digunakan secara efisien dan
produktif. Hal ini juga searah dengan konsep dan ajaran “amal jariyah” dalam
islam. Siapapun orang yang dinyatakan telah meninggal dunia, namun orang itu
masih berumur artinya masih berproduksi amalnya jika orang tersebut mewariskan
keturunan yang shaleh, mewariskan ilmu yang bermanfaat, dan mewariskan harta
benda dan amal yang memberi nilai guna bagi kebajikan agama dan masyarakat.
Contoh yang paling mudah adalah jasa-jasa pahlawan, ilmuwan, atau orang-orang
yang berjasa pada kehidupan saat ini, sehingga mereka selalu dikenang dan
selalu memberi ketauladanan hidup yang dapat mempengaruhi sejarah bagi generasi
sesudahnya.
Konsep panjang
umur yang berkaitan dengan produktifitas membuat kita tidak saja dituntut
dengan kerja keras saja melainkan juga bekerja secara efektif dan cerdas. Untuk
meraih itu semua harus membutuhkan badan yang sehat, ilmu pengetahuan,
pengembangan moral dan spiritual dan keterampilan. Dengan kata lain,
intelektualitas, profesionalitas, moralitas, dan spiritualitas adalah pilar
penyanggadan penyambung mata rantai umur manusia agar seseorang bisa dianggap
hidup abadi, baik di mata sejarah manusia maupun dihadapan Tuhan. Jadi,
nilai-nilai yang paling berharga dari umur seseorang adalah prestasi dan
jasa-jasanya yang berdampak positif bagi kehidupan manusia maupun dalam pertanggungjawaban
kepada Tuhan.
Untuk
mengakhiri artikel ini, ada sebuah pepatah yakni harimau mati meninggalkan
belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan “good Story”. Jadi, kita harus
meninggalkan cerita yang bagus sebelum ajal menjempu kita. Hal ini semata-mata
agar kita bisa memberikan hiburan dan inspirasi yang indah bagi generasi
berikutnya.
Ada teman saya berpendapat bahwa umur itu bisa diperpanjang. Contoh: orang Monaco angka harapan hidupnya rata-rata 86 tahun sedangkan Indonesia hanya 74 tahun, berarti umur itu itu bisa diperpanjang dengan pola makan dan pola hidup yang teratur. Begitu pula hadits nabi tentang rahasia umur panjang dengan silaturrahim. Tetapi dimana posisinya firman Allah yang mengatakan bahwa Jika ajal tiba, tak dapat dimajukan atau dimundurkan walau hanya sedetik saja? Bukankah ajal dan umur itu satu paket dimana ajal merupakan akhir dari umur manusia?
BalasHapusTerima kasih.
gun.dahlan@gmail.com