Saat itu pula timbul hasrat untuk menguasai hatimu
Ku lakukan semua hal untuk mendapatkan simpatimu
Ku lontarkan buaian janji manis demi merengkuh hatimu
Tak peduli meski engkau anggap langkahku sekedar pencitraan
Waktu demi waktu ku habiskan untuk berkampanye di hadapanmu
Bahkan, waktu tanggung jawabku aku korupsi demi kamu
Opini publik mulai terdengar di telingamu
Menyadarkanmu bahwa jiwa ini ingin terintegrasi dengan jiwamu,
Menyadari sinyal cintamu menuju ke hatiku
Menyadari sinyal cintamu menuju ke hatiku
Tak ubah seperti aku sedang menguasai dunia ini
Aku pun bergegas menyampaikan aspirasiku selama ini
Dan berharap suara mayoritas cintamu untuk menerimaku
Detik demi detik, menit demi menit
Ingin hati mendengar kebijakanmu
Akhirnya. . . . . . . . .
Hasil rekapitulasi kadar cinta itupun terlontar dari mulutmu
Hasil rekapitulasi kadar cinta itupun terlontar dari mulutmu
Tak kusangka, kebijakanmu membuat hati ini ingin terbang ke negeri malaikat
Sekedar menyampaikan, cintaku telah diterima pujaan hatiku
Kita berdua berjanji akan menjalin hubungan yang liberal
Tanpa adanya sikap otoriter diantara kita
Aku percaya sama kamu begitupun kamu percaya sama aku
Karena cinta kasih yang kita jalin berasal dari kita, oleh kita, dan untuk kita
Semoga masa periode cinta kita akan abadi untuk selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar